Senin, 02 Mei 2011

Joki Ujian Nasional



Ditengah khidmatnya pelaksanaan Ujian Nasional 2011 tingkat SMP berlangsung, terbetik kabar adanya penangkapan oknum guru dan siswa yang terduga menjadi joki Ujian Nasional(UN). Sungguh hal yang sangat tragis !Guru yang notabene adalah pendidik telah memberikan contoh didikan yang salah. Bagaimana nantinya generasi yang dia didik. Peristiwa ini semakin memperpanjang daftar anomali duia pendidikan kita.Tahun lau bahkan sampai polisi menggerebek proses kecurangan Ujuan Nasional tingkat SMA. Dalam kejadian tersebut melibatkan guru dan kepala sekolah.Mengapa joki joki ini selalu ada? Menurut penulis joki UN sebenarnya dapat diibaratkan puncak gunung es. Yang nampak sebagian kecil namun pada dasarnya sebenarnya cukup banyak, hanya saja karena tertutup menjadi tidak kelihatan.
Fenomena akan saja dapat terjadi selama cara berpikir kita selalu berorientasi pada produk (hasil). Memang tidak dapat dipungkiri seorang guru dan kepala sekolah akan semakin senang jika prestasi Ujian nasional (UN) di sekolahnya bagus. Yang ditandai dengan kelulusan 100%. Namun sebaiknya cara pandang tersebut harus dimiliki secara utuh dengan mengaitkan aspek perencanaan, proses dan produk. Sehingga harusnya ada timbul rasa malu jika produk yang dihasilkan tidak sepadan dengan proses. Demikian pula timbul rasa malu dan berusaha memberikan yang terbaik jika kita sudah melaksanakan proses sesuai rencana namun hasilnya belum maksimal.Bukan melakukan manipulasi maupun mengambil jalan pintas. Kasus joki yang ditulis di atas ditengarai karena siswa yang terdaftar dalam nominasi UN ternyata di tengah jalan keluar sehingga muncul rasa eman eman, yang akhirnya mengantar pada perbuatan yang tidak terpuji. Kita kadang kadang melihat fenomena adanya kegamangan prinsip yang dipegang oleh guru dan kepala sekolah. Mereka seolah terbawa dalam suasana makan buah simalakama. Hal ini terkait dengan misalnya menaikkan siswa ke jenjang yang lebih tinggi. Nilainya kurang tetapi karena desakan masyarakat takut jika tidak dinaikkan menjadi putus sekolah, takutberbuat anarkis terhadap sekolah akhirnya menaikkan siswanya. Kadang juga anak yang sering bolos diberi pengampunan karena pertimbangan kemanusiaan, sebenarnya hal ini yang masih ada dalam benak guru dan kepala sekolah sehingga menjadikan kejadian kejadian tersebut terus berlangsung.
Ada baiknya kita mulai menerapkan ketegasan kepada siswa dan juga masyarakat agar tujuan pendidikan dapat tercapi secara benar.